Senin, 31 Oktober 2016

Memori

Memori;Bukan kisah temu Adam dan Hawa
Kisanak Yockie

Langit  yang menyenja dari wuwungan dinding cakrawala selalu mengingatkanku padamu. Entah kenapa, senja selalu mengingatkanku padamu. Apakah senja juga selalu mengingatkanmu padaku?
Baik, aku akan melupakanmu seperti kau melupakan namaku waktu kemarin sore kita bertemu di samping serambi, dengan via Whatsapp kita berjanji dan betemu. Tapi sayang sekali waktu itu kamu tak memperhatikan semut-semut hitam berjalan di dinding tembok. Saat aku bilang "ini dik pamfletnya" 
"Iya mas makasih" ucapmu sambil tersenyum.
tiba-tiba saja satu persatu semut itu gugur dari barisan, entah apa yang terjadi dengan koloninya. Namun yang kudengan saat itu hanya bunyi dag dig dung di hati. Apa iya bunyi "dag dig dung" itu penyebab dari gugurnya para grombolan semut?. Kemungkinan besar iya!, sebab gesekan lempeng hatiku saat itu sangat dahsyat nan besar.
Tak hanya semut saja yang mengisyaratkan besarnya rasa ini; alam nampaknya juga memberikan isyaratnya, dengan udara dingin yang menggigit kulit seakan udara membujukku untuk memelukmu. dengan langit yang menyenja, dengan daun yang menari seolah pertemuan kita bagai raja dan ratu yang sedang melakukan perayaan dikerajaan, begitu mewah sekali. Seruan adzan mangribpun dikumandangkan diujung pertemuan itu. Kayaknya Tuhan memang sengaja membingakai pertemuan kita seindah mungkin, Tuhan memang maha romantis.
Tapi sudahlah, aku akan melupakanmu seperti kau melupakanku disore itu. Aku akan melupakanmu tapi aku akan mengingat wajahmu. Aku akan melupakanmu tapi aku akan mengingat namamu. Aku akan melupakanmu tapi aku akan mengingat cintamu, kecil. Mana mungkin senja hilang sebelum petang. Mana mungkin aku berhenti mengenangmu.
Malang, Oct16

0 komentar:

Posting Komentar