Minggu, 13 Maret 2016

ANALISIS KONDISI PMII KOMISARIAT COUNTRY UNITRI MALANG

Proses Lahirnya PMII Country Unitri Malang


Berawal dari kebutuhan bersama sebagai jembatan belajar, sebagai mahasiswa Unitri Malang akan pentingnya ilmu pengetahuan dan pengalaman berorganisasi. Yang mana, organisasi kemahasiswaan tersebut dapat mencermikan tentang kekokohan akidah, kedalaman spiritual, komitmen terhadap ahlak mulia, keluasan ilmu pengetahuan, serta kematangan diri akan profesionalisme. Maka kesadaran untuk bersama-sama menggabungkan kekuatan dalam mewujudkan tekad untuk berkelompok menjadi sangat dibutuhkan.
Semakin kuat dan luasnya medan gerakan mahasiswa diluar kampus, serta berbagai kegiatan mahasiswa diluar kampus membuat sekelompok kecil mahasiswa tersebut membuat sebuah kelompok diskusi dan kajian yang bernama Lingkar Studi Transformatif (LST). Namun karena arus interaksi dan aktualisasi masih dianggap kecil dan belum mampu mengakomodir sebuah semangat pembebasan, maka dibutuhkan sebuah organisasi besar yang mempunyai ideologi, azas, serta tujuan besar yakni demi Islam dan Indonesia.
Gerakan sekelompok kecil mahasiswa yang terus melaju layaknya Meteor Bima Sakti tersebut, akhirnya menemukan wadah yang luar biasa besar untuk mewujudkan tekad dan niatan tulus dalam mengaplikasikan diri sebagai Insan Ulul Albab yakni PMII. Ini bukan dilakukan tanpa alasan atau kesadaran yang jelas, namun karena memang PMII dirasa lebih mampu menjembatani prinsip Bhinneka Tunggal Ika . Karena di organisasi inilah ke-Indonesiaan dan ke-Islaman mampu direaliasasikan sebagai gerakan intelektual yang membumi lagi membasis kuat dan berpihak pada kaum tertindas.
Founding Father atau lebih jelasnya disebut sebagai pendiri PMII Country Unitri berkeinginan bahwa sebagai sebuah organisasi, PMII dapat terus membakar semangat kader-kadernya. Dan menuntut tanggung jawab masing-masing Insan Ulul Albab untuk mengamalkan ilmu dan terus memupuk kekuatan, dalam rangka menjadikan seluruh aktivis mahasiswa PMII Country Unitri sebagai pembawa perubahan besar bagi perjalanan bangsa Indonesia.

Rangkulan PMII Kota Malang
Perjuangan untuk mewujudkan cita-cita besar dan mulia, selain memerlukan tekad baja juga dibutuhkan suatu penyerahan diri sepenuhnya atas apa yang diyakini sebagai kebenaran. Dalam kurun waktu yang cukup lama dengan intensitas tinggi yang berhubungan dengan sahabat-sahabati di PMII kampus lain terutama Rayon Fisip Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di zaman kepengurusan Sahabat Fauzan Fuadi, selanjutnya beralih kepada kepengurusan Sahabat Ardiyanto. Serta intens berhubungan dengan Pengurus Cabang PMII Kota Malang di zaman Sahabat Agus Chaidlori lalu berlanjut pada kepengurusan Sahabat Muhammad Khusen Yusuf.
Tidak mudah dalam mengawali sesuatu yang masih belum ada sebelumnya, dalam konteks ruang lingkup gerakan yang ada di Unitri secara khusus dan kota malang secara umum. Dengan didasarkan pada niat yang tulus kemudian lahir perjuangan yang gigih serta pengabdian dengan penuh rasa tanggung jawab antar sesama kader, para founding father PMII Unitri sejak kurang lebih 1 dasawarsa lalu. Yakni menghantarkan dan mencatatkan momentum bersejarah, yang tidak pernah akan dilupakan oleh generasi-generasi penerus kejayaan PMII Unitri dan bahkan akan selalu dikenang sampai kapanpun.

Sembilan Pendiri PMII Country Unitri Malang
Pada tanggal 20 Oktober 2004, tim promotor atau lebih dikenal sebagai Founding Father PMII Country Unitri Malang melakukan peristiwa bersejarah dengan mendirikan PMII di lingkungan kampus Unitri Malang di Jl Telaga Warna Blok C. The Faunding deklarasi PMII Country Unitri sendiri, terdiri dari 9 orang promotor. Diantaranya adalah;
  1. Ronall Junia Warsa (Arsitektur Landscape)
  2. Mulyadi Muhammad (Teknologi Industri Pertanian)
  3. Arlino (Teknologi Industri Pertanian)
  4. Feri Kurniawati (Administrasi Niaga)
  5. Syaiful Anwar (Teknik Kimia)
  6. Herman Susilo (Arsitektur Landscape)
  7. Ida (Administrasi Niaga)
  8. Tomi Kurniawan (Teknik Kimia)
  9. Umam (Peternakan).
Sembilan kader tersebut telah berjuang keras demi eksistensinya sebagai mahasiswa dan seorang kader pergerakan, untuk kemudian mengibarkan bendera dan perisai sakti dengan sembilan bintangnya sebagai suatu bentuk komitmen bersama demi mewujudkan sebuah gerakan secara nyata diranah sosial-kemasyarakatan terlebih untuk lingkup kampus Unitri dan Kota Malang.
lebih lengkapnya juga bisa di baca sejarahnya di wikipedia tentang PMII Country Unitri.

KEKUATAN
KELEMAHAN
1.      Internal
·      Soliditas internal pengurus cukup tinggi
·       Kuantitas Kader cukup banyak di banding omek-omek lain.
·Rata-rata kader alumni pondok pesantren
·         Berfungsinya media sosial sebagai ajang silaturrahim dengan para alumni pmii country di luar malang, disisi lain sebagai wadah karya ilmiah kader
·         Penyebaran nilai-nilai kepmiian mulai diterima dikampus
·         Pembagian Tupoksi kaderisasi yang baik

2.      Eksternal
·         Jaringan LSM tersedia
·         Komunikasi PMII Unitri dengan Komisariat lain baik Kota Malang atau diluar malang cukup bagus
·         Sebagian kader ada yang menduduki birokrasi di kampus, mulai dari hmj dan ukm
1.      Internal
·         Minimnya kualitas Sumber daya pengurus  dalam mengkonsep dan mengkoordinir kegiatan
·         Minimnya dosen PMII dikampus unitri
·         Kurangnya pemahaman Visi dan Misi ketua baik rayon ataupun komisariat
·         pendampingan terhadap rayon-rayon tidak berjalan maksimal
·         Seringkali terjadi kesalah pahaman yang berujung gagal paham
·         Tidak terimanya kandidat ketua yang gagal menjadi ketua kepada ketua terpilih
·         Berbenturannya program kerja rayon dan komisariat
·         Kurangnya Proses pemahaman kepengurusan terhadap materi materi dasar kepmiian
·         Seringkali terjadi Rayon tidak mau menerima keputusan komisariat
·         Menurunnya semangat kader dalam membaca, menulis dan berdiskusi.
·         Belum diadakannya Musyawarah Pimpinan Komisariat sehingga sulit menyelaraskan visi dan misi antar kom dan rayon.
2.      Eksternal
·         Komunikasi PMII dengan OMEK lain kurang terjalin
·         Pengadvokasian terhadap kebijakan kampus secara maksimal
·         Tidak adanya kepercayaan terhadap pmii dari dosen di kampus
·         Tidaknya gerakan massa ke kampus
·         Takutnya kader untuk bergerak karena adanya ancaman pencautan terhadap beasiswa
PELUANG
ANCAMAN
1.      Internal
·         Organisasi intra kampus dapat di jadikan media kaderisasi
·         Dosen PMII dapat ditokohkan dalam doktrinasi perekrutan anggota baru
·         Media sosial dapat di jadikan media kaderisasi
·         Pemikiran kader pmii dapat di terima secara rasional oleh kemahasiswaan
·         Lembaga Press kampus di kuasai pmii
2.      Eksternal
·         Jaringan terhadap alumni pmii berjalan secara maksimal
·         Jaringan LSM dapat di maksimal
·         Masjid dan Mushollah di sekitar kampus dapat di kuasai oleh kader pmii
·         Percaya masyarakat sekitar terhadap PMII
·         Di percayanya pemikiran kader pmii oleh OMEK lain.
1.      Internal
·         Egosentrisme rayon mulai terbangun
·     Tidak adanya keharmonisan antar rayon
·         Tidak bersatunya anggota rayon lantaran tidak forum pembangun kebersamaan antar rayon
·         Meningkatnya kader yang alumni pesantren menuju kawasan hedonisme
·         Lebih banyak kader yang lebih memilih aktif di intra kampus
2.      Eksternal
·         Datangnya islam radikal di kampus
·         Musi aktivis tidak lulus tepat waktu
·         Etika kader yang kurang baik di masyarakat
·         Tidak saling peduli antar rayon dan komisariat.



KESIMPULAN
Rekomendasi
1.      Menyesuaikan matrik proker antar rayon dan komisariat
Sering kali agenda antar rayon dan komisariat mempunyai agenda kaderisasi informal (pelatihan dll) yang sama dalam 1 periode, hal ini tentunya adalah pemborosan tenaga dan anggara, baikkan agenda sejenis diselenggarakan oleh 1 instansi namun dapat dimaksimalkan oleh semua kader. Hal ini dapat disiasati dengan membuat dan menyesuaikan matrik proker se-komisariat Country.
2.      Revitalisasi Tupoksi Pengurus
Diperlukan pengurus yang solid, kapabel, loyal serta pemimpin yang merangkul. Pendamping rayon harus intensif mendampingi disertai dengan buku kendali kaderisai.
3.      Pemahaman Terhadap Sejarah dan Keorganisasian PMII
Pengurus komisariat dan rayon harus memahami Sejarah kelahiran PMII secara Nasional maupun Sejarah Internal Komisariat PMII Country serta pemahaman terhadap AD/ART dan Peraturan-Peraturan Organisasi lainnya.

4.      Menfungsikan Form Kendali Kaderisasi (Forka).
Memfunsikan Form Kendali Kaderisasi (Forka) dalam menjalani proses pendampingan dari Komisariat ke Rayon dan dari Rayon ke anggota rayon.

5.      Pentingnya Musyawarah Pimpinan Komisariat (Muspimkom)
Musyawarah Pimpinan tidak hanya secara ada ditingkat Nasional, Daerah dan Cabang, Komisariat Juga diperbolehkan mengadakan Musyarawah Pimpinan sesuai dengan kebutuhan garis kordinasi serta Intruksi selama ada rayon dibawahnya, Maka sangat penting sekali jika Komisariat mengadakan Musyawarah Pimpinan Komisariat (Muspimkom) PMII Country guna menyelaraskan visi-misi komisariat dan rayon, mengevaluasi program kerja yang sudah direalisasikan, mengatur sistem kaderisasi komisariat yang tentu sangat berbeda dengan sistem kaderisasi komisariat non-unitri dengan menyusun Modul Kaderisasi, mengatur strategi gerakan bersama dan menjadikan kampus sebagai ruang gerakan Komisariat.

6.      Matinya budaya “anak soleh” menata politik keagamaan kampus
Budaya budaya “anak soleh” berkelindan dengan budaya malas yang tidak produktif. Hal ini menjadi penting untuk dihindari, bidang tiga Komisariat hendaknya:
1.      menjaring kader lulusan pesantren untuk menjadi “Kiyai Rayon”, “Kiyai Komisariat” dan “Kiyai Kampus”
2.      menata ulang formulasi strategi penguasaan politik dakwah kampus
3.      melakukan pendampingan intensif terhadap kader yang berjuang bidang dakwah mahasiswa kampus mulai dari rayon hingga komisariat dibawah komando bidang terkait.

4.      Melakukan silaturrahmi antar rayon dan komisariat serta PMII se-Kota Malang
Klaim PMII Country sangat kecil dibanding komisariat PMII Se-Kota Malang tak dapat dielakkan. Hal ini dapat dilihat dari dulu hingga intensitas silaturrahmi antar pengurus dan kader PMII Country dengan Komisariat lain sangat rendah, bahkan ego sektoral antar rayonpun masih terlihat, utamanya jelang RTAR. Hal ini pada dasarnya sangat merugikan pihak terkait sendiriterutama terkait dengan akses jaringan antar PMII Se-Kota Malang
Egoisme sektoral semacam ini penting untuk dihindari, mengingat kita “satu barisan dan satu cita” hal ini dapat dilakukan dengan menyelenggarakan silaturrahmi antarrayon dan dan komisariat antakomisariat se PMII Kota Malang agenda bisa silaturrahmi biasa atau dikemas dengan perlombaan dll. Yang terpenting adalah harus periodik, istiqomah dan ada PJ yang jelas.
5.      Profesionalitas kader adalah Kunci Kesuksesan Kaderisasi

Segala strategi kaderisasi baik yang sudah dirumuskan ataupun yang dirumuskan oleh pengurus komisariat sejatinya kunci utamanya adalah profesionalisme. Kader PMII Country harus mencitrakan diri ssebagai kader yang profesional. Kebiasaan buruk yang selalu tidak tepat waktu dan bersikap malas-malasan mutlak harus ditinggalkan. PMII Country harus membiasakan diri menjadi kader yang disiplin. Karena tidak mungkin kemudian kaderisasi berjalan dengan baik sementara agenda kaderisasinya molor berjam-jam. Hal ini menjadi contoh buruk dan sama sekali tidak menunjukkan sikap Nilai  Dasar Pergerakan (NDP) yang baik. Celakanya, jika hal ini tetap dibiarkan, maka kader dibawahpun akan ikut meenjadi kader yang tidak profesional dan menghormati waktu, alih-alih demikian akan dibawahnya juga mengentengkan pengurus dan agenda organisasi dengan celetupan “Ah, paling mas-masnya masih belum datang”, “Ah, paling acaranya molor lagi” dan sebagainya. Dengan demikian, sebags apapun strategi kaderisasinya jika pengurusnya tidak profesional maka, hal tersebut sangat rendah sekali peluang keberhasilannya.

*Selanjutnya tulisan ini hanya sebagai refleksi dan (asumsi) dari kami yang hanya mengamati PMII Country dari luarnya saja. Sebagai pemangat, barangkali kami hanya bisa menjadi pengkritik namun  belum  bisa menjamah kepada solusi yang baik. Sekali lagi tulisan ini hanya sebatas asumsi tentunya sangat terbuka untuk dikritik dan diberi masukan”
**Ditulis untuk memenuhi persyaratan Pelatihan Kader Lanjut (PKL) XIX RI 100 PMII Kota Malang 2016.
***Penulis adalah “Rifqan Achmad Zarnoeji” Ketua Rayon Revolusi Country Unitri Malang Masa Khidmat 2015-2016 Periode ke VII

0 komentar:

Posting Komentar