*Buku saku ini disusun oleh Pengurus Rayon Biro Pengkaderan Revolusi masa khitmad 2015-2016. untuk membantu semangat belajar Anggota Baru pasca MAPABA II PMII Rayon Revolusi Komisariat Country Tribhuwana Tunggadewi Malang.
Assalamu Alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang saya
hormati Pengurus Besar PMII
Sahabat
Aminuddin Ma’ruf beserta jajarannya.
Yang saya
hormati Pengurus Koordinator Cabang PMII Jawa Timur
Sahabat Junaidi
beserta jajarannya.
Yang saya
hormati Pengurus Cabang PMII Kota Malang
Sahabat Alif
Khafi Nur Naqti beserta jajarannya.
Yang saya
hormati Pengurus Komisariat PMII Country Unitri
Sahabat Muhlas
Adi Putra beserta jajarannya.
Yang saya
hormati sahabat-sahabati Pengurs Rayon Fisip Ad-Dakhil dan Rayon Gabungan
Nusantara
Yang saya
Banggakan Sahabat-sahabati Pengurus Rayon Ekonomi “Revolusi” yang tentunya
sangat saya Cinta Sayangi.
Dan yang saya
banggakan sahabat-sahabati Anggota Baru Rayon Revolusi beserta seluruh
Sahabat-sahabati Kader PMII Se-Nusantara yang mungkin tidak bisa saya sebutkan
satu persatu karena banyaknya Rayon-Rayon, Komisariat-Komisariat dan Cabang
percabang serta Koordinator Cabang yang hari ini tetap berdiri tegak demi
memperjuangkan Tanah Air Tercinta ini.
Salam Silaturrahim untuk para
Sahabat Pergerakan
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin,puji Syukur
hanya milik Allah SWT, Kesempurnaan dan keindahan hanya milik-Nya. Begitu pula
kita tak akan pernah bisa melawan iradah-Nya. Dengan ribuan kali kita berusaha
menyempurnakan ibadah maka tidak akan pernahbisa melampaui sekian
banyak nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita. Sekian kali kita melakukan
kesalahan Allah senantiasa menghamparkan keluasan ampunan. Betapa kecil diri
kita dihadapan-Nya, betapa akbarnya Allah azza waa jallah, subhanallah.
Sholawat dan salam kepada junjungan kita
Nabi Akhiruz zaman Muhammad SAW, Turut serta dalam setiap hembusan nafas dan
langkah kita sehari-hari untuk senantiasa mengharap syafaatnya pada saat yaumil
hisab nanti, kemuliaan hati dan tangis malam tatapan beliau selalu menjadi
spirit perjuangan kita untuk menegakkan panji-panji islam. Jika engkau setiap
malam meratapi ketakutan keadaan kami yang lemah dalam menjalankan risalah yang
kau bawa, maka kami menagis tersedu-sedu karena rindu yang mendalam ingin
berjumpa wahai Nabi Muhammad SAW. Amma
Ba’du.
“Sekecil apapun peristiwa apalagi sejarah
organisasi, itu harus di tulis.Siapa yang mampu menulis sejarahnya, dia dia
tidak akan lekang dan sirna di makan zaman, sejarahnya akan terus menjadi
warisan berharga bagi generasi berikutnya dan mewarnai kehidupan bangsa.
Sejarah PMII adalah sejarah pergulatan tentang pemikiran keislaman,
keindonesiaan dan kemasyarakatan sekaligus sejarah gerakan politik mahasiswa
Indonesia”
Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia {PMII} adalah organisasi kemahasiswaan yang kini
berumur 55 Tahun. Umur yang menegaskan bahwa PMII lahir, tumbuh dan berkembang
telah menjadi bagian dari sejarah bangsa yang tidak bisa di pisahkan, dan
sekaligus telah menjadi anak kandung republik. Didirikan oleh 13 orang
pendiri dari latar belakang kampus dan cabang yangberbeda-beda dan saat ini
telah memiliki 227cabang dan 25 Pengurus Koordinator Cabang se-Indonesia.
Lahir dari rahim NU pada tanggal 17 April 1960, telah membuat organisasi ini
melekat dengan tradisi ke NU-an dan kebangsaan, hingga pada tanggal 14 Juli
1972 tercetuslah Deklarasi Murnajati tepatnya Lawang-Malang yang menegaskan
independensi PMII dan merupakan tonggak sejarah baru bagi pergerakan PMII.
Perubahan yang cukup menonjol pasca deklarasi independensi adalah adanya
perubahan paradigma dari sekedar konsolidasi ke NU-an ke fase pengembangan dan
pendistribusian kader-kader profesional ke berbagai ruang strategis dengan pola
pikir lebih terbuka. Rekruitmen kampus juga semakin beragam termasuk sumber
daya manusianya.
Hal yang
menonjol dalam ruang gerak PMII adalah adanya pergolakan pemikiran yang tak
pernah selesai, yaitu pemikiran-pemirian alternatif baik itu berasal dari
pengalaman pergerakan negara-negara lain maupun hasil mendalam kajian internal
PMII, sehingga telah membuat PMII menjadi Teks yang terus hidup di perdebatkan
bahkan tak jarang di anggap “anak Nakal”. Keberaniannya yang berusaha
mendekontsruksi pemikiran tentang keagamaan telah menjadi rujukan banyak kelompok
di indonesia dan mampu menyegarkan kembali pemikiran keagamaan yang ada.
Sebelum reformasi bergulir, pergulatan kader-kader PMII banyak tersebar di
ranah pemikiran alternatif melalui jejaring kelompok studi, akademisi, LSM,
juga kelompok gerakan yang intens melakukan advokasi rakyat dan mengobarkan
aksi-aksi perlawanan.Kini reformasi telah bergulir, tentu paradigmanyapun
berubah, kini tantangan kita terbesar adalah menyiapkan sumber daya unggulan
untuk menguasai the leading sector.
Salah satu yang
membuat PMII tetap bertahan hingga kini adalah karena adanya seperangkat nilai
dan gagasan yangtelah terbentuk dan terpatri sejak lama.PMII di bentuk dengan
lndasan keislaman dan kebangsaan yang keduanya tidak bisa dipisahkan atau
disebut dengan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja). Selain itu adalah Nilai
Dasar Pergerakan (NDP) yang menekankan aspek ketuhanan (Hablumminallah),
kemanusiaan (Hablummimannas) dan kelestarian alam semesta (hablumminal’alam),
dan secara praksis di topang oleh paradigma pergerakan yang menekankan cara
pandang kritis, konstruktif dan visioner. Dengan adanya landasan pembentuk
PMII, lalu seperti apakah cita-cita ideal pergerakan?Cita-cita idelal
pergerakan adalah mencetak kader-kader ulul albab dan terlibat dalam visi besar
bangsa ini.
Selain nilai
yang melandasi PMII, dapat dilihat juga citra diri PMII melalui ketiga format
profil yang selama ini menjadi karakter dan wajah organisasi (Tri Logi PMII)
Pertama (Tri Motto) Dzikir, Pikir dan
Amal Shaleh. Kedua (Tri Khitmad) Taqwa,
Intelektualitas dan Profesional dan Ketiga (Tri Komitmen) Kejujuran, Kebenaran dan keadilan. Jika
kita melihat dari ketiga format profil PMII, maka akan terlihat bahwa ruang
gerak dan pemikiran PMII tidak bisa dilepaskan dari aspek ilahiyyah (ketuhanan),
dimana islam menjadi agama, inspirasi dan pandangan hidup yang kemudian menjadi
landasan teologis pergerakan. Pengetahuan menjadi sumber gerak kedua PMII yang
notabene basis utamanya adalah kampus.Antara agama, dan pengetahuan tentunya
harus dibarengi dengan amal sholeh yang memegang teguh prinsip kejujuran,
kebenaran dan keadilan. Kader PMII lahir dan berkembang mempunyai beban sejarah
untuk menjadi kader paripurna (ulul Albab). sebagai penjaga dan pengamal agama,
mencetak kader dan pemimpin yang selaras antara kata dan perbuatannya.
Diluar itu, PMII
menata kembali format gerakannya dalam tiga hal ; pertama, format gerakan
pengembangan kampus dan mahasiswa. Munculnya masalah-masalah yang muncul di
kampus harus direspon dengan cepat, diantaranya ; massifnyanya hedonisme,
tumbuh suburnya radikalisme agama, turunnya peningkatan prestasi akademik dan
minimnya alternatif gagasan dan pemikiran. kedua, format gerakan keagamaan yang
menjadi spirit dasar PMII. Masalah yang muncul ; maraknya radikalisme dan
konflik kekerasan atas nama agama, ketiga, format gerakan kebangsaan, dengan
munculnya ; hilangnya integritas, moralitas dan minimnya kapasitas para
pemimpin bangsa, mencuatnya aksus-kasus korupsi, banyaknya konstitusi dan
produk turunannya yang sangat liberal membuat bangsa ini tersandera dan
tergadai secara sistem, lunturnya ideologi bangsa dan bahasa nasional serta
pembangunan yang belum merata dan terintegrasi dengan baik. Tentu
ketiganya membutuhkan respon cepat dari PMII bersama gerakan mahasiswa lainnya.
Sebagai catatan
penutup, bahwa PMII lahir dan berkembang bukan sebagai organisasi di
persimpangan jalan, yang kebingungan dengan sikap kiri dan kanan. Tetapi PMII
lahir dengan identitas yang jelas, sebagai jangkar perubahan sosial bagi masa
depan bangsa. Perubahan adalah nyata dan akan terjadi pada setiap waktu. Oleh
karena itu ditengah perubahan performa berbagai macam organisasi, dari mulai
organiasi negara, sampai dunia usaha, maka PMII pun perlu berbenah diri dengan
melakukan restrukturisasi, redefinisi nilai dan reaktualisasi strategi
pengembangan PMII.Keberadaannya bersama organisasi kemahasiwaan lainnya sangat
dibutuhkan bagi bangsa ini sebagai penguat idelogi bangsa di tengah gempuran
berbagai idelogi asing, sekaligus pengoreksi negara.Keberadaanya memberikan
manfaat bagi pemberdayaan masyarakat, dan jalan lurus bernegara. Mudah-mudahan
buku ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi sahabat-sahabati Anggota
Baru PMII Khususnya Rayon Revolusi untuk senantiasa membangun bangsa melalui
garis juang yang kita miliki dan tentu yang tak kalah penting adalah
menciptakan Islam Rahmatan lil ‘Alamin
di Bumi Pertiwi ini.
Wallahul
Muwaffieq Ila Aqwamieth Tharieq
Wassalamu’
alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Malang,
29 September 2015
Rifqan Achmad
Zarnoeji
|
Ketua PR. Revolusi
|
Tentang PergerakanMahasiswa Islam
Indonesia (PMII) Country Unitri Malang
Organisasi mahasiswa berinduk Nasional yang beranggotakan mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Organisasi ini berdiri pada tanggal 20 Oktober2004.PMII
Country Unitri Malang berada pada lingkungan basis kaderisasi di bawah koordinasi
Pengurus Cabang PMII Kota Malang. Hingga sekarang, PMII Country Unitri sudah mempunya
itiga rayon di bawah koordinasinya antara lain PMII Rayon Revolusi (Fakultas Ekonomi),
PMII Rayon Fisip Ad-Dakhil (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), dan PMII
Rayon Nusantara (Fakultas Pertanian, Teknik dan Kesehatan). Landasan organisasi
PMII adalah Pancasila, sesuai dengan BAB II, pasal 2 Anggaran Rumah Tangga (ART
PMII).Selainitu PMII bersifat keagamaan, kemahasiswaan, kebangsaan,
kemasyarakatan, independensidan profesional, dengan tujuan terbentuknya pribadi
muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,
berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan
cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Sejarah
PMII Country UNITRI
Makin
kuat dan luas nya medangerakan mahasiswa diluar kampus, serta berbagai kegiatan
fakultas yang diikutioleh mahasiswa-mahasiswi diluar kampus membuat sekelompok kecil
mahasiswa membuat sebuah kelompok diskusi dan kajian bernama Lingkar Studi
Transformatif (LST). Namun karena arus interaksi dan aktualisasi masih dianggap
kecil dan belum mampu mengakomodasikan sebuah semangat pembebasan, maka dibutuhkan
sebuah organisasi besar yang mempunyai ideologi, azas, sertatujuan besar yakni
demi Islam dan Indonesia. Gerakan sekelompok kecil mahasiswa-mahasiswi yang
terus melaju akhirnya menemukan wadah untuk mewujudkan tekad dan niat tulus dalam
mengaplikasikan diri sebagai insan ululalbab yakni Pergerakkan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII) dengan harapan mampu menjembatani prinsip Bhinneka
Tunggal Ika. Di organisasi inilah keindonesiaan dan keislaman mampu di realiasasikan
sebagai gerakan intelektual yang membumi lagi membasis kuat dan berpihak pada kaum
tertindas. Para pendiri PMII Country Unitri mencita-citakan agar organisasi dapat
terus membakar semangat kader-kadernya. Dan menuntut tanggung jawab masing-masing
insan ulul albab untuk mengamalkan ilmu dan terus memupuk kekuatan,
dalam rangka menjadi kan seluruh aktivis mahasiswa-mahasiswi sebagai pembawa perubahan
besar bagi perjalanan bangsa Indonesia
Pendiri
PMII Country Unitri
- Ronall JuniaWarsa (Arsitektur Landscape)
- Mulyadi Muhammad (TeknologiIndustriPertanian)
- Arlino (TeknologiIndustriPertanian)
- FeriKurniawati (AdministrasiNiaga)
- Syaiful Anwar (Teknik Kimia)
- Herman Susilo (Arsitektur Landscape)
- Ida (AdministrasiNiaga)
- TomiKurniawan (Teknik Kimia)
- Umam (Peternakan)
Daftar
Ketua Komisariat PMII Country Unitri Malang
- Syaiful Anwar (periode 2004 - 2005)
- FathorRozi (periode 2005 – 2006)
- Sugianto (periode 2007 – 2008)
- AkhmadFauziDimyati (periode 2008 – 2009)
- Misrawi (periode 2010 – 2011)
- Ach. FaisolArifin (periode 2011 – 2012)
- Ahmad Fairozi (periode 2012 – 2013)
- Latif Fianto (periode 2013 – 2014)
- Aang Mardiyanto (2014 – 2015)
- Muhlas Adi Putra (2015 – sekarang)
Daftar
Direktur Korps PMII Putri (Kopri) Country Unitri Malang
- KartiFatnisahBrawijayanti (periode 2011 – 2012)
- Subaida (periode 2012 – 2013)
- Munawara (periode 2014 – 2015)
- Tri AgusWulantari (periode 2015 – Sekarang)
Daftar
Ketua Rayon Revolusi
- Misqiyanto (periode 2008 – 2009)
- Mahmudi (periode 2010 – 2011)
- IrniYusnita (periode 2011 – 2012)
- Safrawi (periode 2012 – 2013)
- AangMardiyanto (periode 2013 – 2014)
- SyamsulArifin (periode 2014 – 2015)
- Rifqan AchmadZarnoeji (periode 2015- sekarang)
Historis
(sejarah) PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
atau yang disingkat dengan PMII adalah anak cucu organisasi Nahdlatul Ulama
(NU) yang lahir dari rahim departemen perguruan tinggi Ikatan Pelajar Nahdlatul
Ulama (IPNU). PMII lahir tidak semudah membalikkan telapak tangan, akan tetapi
penuh dengan hambatan dan rintangan. Hasrat untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan
dalam tubuh NU sudah lama bergejolak, namun pihak NU belum merestui.
Argumentasi NU, belum menganggap
perlunya organisasi tersendiri dalam mewadahi anak muda NU yang belajar di
perguruan tinggi. Namun kemauan keras anak muda NU tidak pernah kendur, bahkan
semangat dan keinginan tersebut semakin berkobar-kobar saja, hal ini terjadi
karena kondisi sosial politik pada dasawasa 50-an sangat memungkinkan untuk
lahirnya organisasi baru.
Banyak
organisasi mahasiswa bermunculan di dalam naungan payung induknya. Misalkan
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang dekat dengan Partai Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (MASYUMI), SEMI dengan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dengan Muhammadiyah. Wajar saja jika kemudian anak
muda NU ingin mendirikan wadah tersendiri dan bernaung di bawah panji bintang
Sembilan. Keinginan tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk Ikatan Mahasiswa
Nahdlatul Ullama (IMANU) pada 1955 yang diprakarsai oleh beberapa tokoh
pimpinan pusat IPNU.
Namun IMANU tidak berumur panjang,
dikarenakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menolak keberadaannya. Ini
bisa kita pahami kenapa NU bertindak keras dalam menolak keberadaan IMANU,
sebab waktu itu, IPNU baru saja lahir pada 24 Februari 1954. Apa jadinya jika
organisasi yang baru lahir saja belum terurus sudah menangani yang lain?. Hal
ini logis sekali. Jadi, keberatan NU bukan terletak pada prinsip berdirinya
IMANU, tetapi lebih pada pertimbangan waktu, pembagian tugas dan efektifitas
organisasi.
Oleh karenanya, sampai pada kongres IPNU
ke-2 (awal 1957 di pekalongan) dan ke-3 (akhir 1958 di Cirebon) NU belum
memandang perlu adanya wadah tersendiri bagi anak muda NU. Namun kecenderungan
ini sudah mulai diantisipasi dalam bentuk kelonggaran menambah departemen baru
dalam kestrukturan IPNU yang kemudian departemen tersebut dikenal dengan DepartemenPerguruanTinggiIPNU.
Dengan semangat membara, mereka membahas
nama dan bentuk organisasi yang telah lama mereka idam-idamkan. Semangat untuk
mendirikan organisasi bagi mahasiswa Nahdliyin
semakin menguat pada konferensi besar IPNU pada tanggal 14-17 Maret 1960 di
Kaliurang Yogyakarta. Pada konferensi ini lahir keputusan “Perlunya didirikan
suatu organisasi mahasiswa secara khusus bagi mahasiswa Nahdliyin”. Untuk mempersiapkan suatu musyawarah pembentukan
organisasi mahasiswa tersebut di bentuk panita yang terdiri dari 13 orang
dengan batas waktu bekerja 1 bulan dengan rencana tempat pelaksanaan musyawarah
di Surabaya. Ke 13 orang tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Cholid
Mawardi (Jakarta)
2.
Said
Budairy (Jakarta)
3.
M
Sobich Ubaid (Jakarta)
4.
M
Makmun Syukri BA (Bandung)
5.
Hilman
(Bandung)
6.
H
Ismail Makky (Yokyakarta)
7.
Munsif
Nahrawi (Yokyakarta)
8.
Nuril
Huda Suaidy (Surakarta)
9.
Laily
Mansur (Surakarta)
10.
Abd
Wahab Jaulani (Semarang)
11.
Hisbullah
Huda (Surabaya)
12.
M
Cholid Narbuko (Malang)
13.
Ahmad
Husain (Makassar)
Dan
baru setelah konferensi Besar IPNU (14-16 Maret 1960 di Kaliurang), disepakati
untuk mendirikan wadah tersendiri bagi mahasiswa NU, yang disambut dengan
berkumpulnya tokoh-tokoh mahasiswa NU yang tergabung dalam IPNU, dalam sebuah
musyawarah selama tiga hari (14-16 April 1960) di Taman Pendidikan Putri
Khadijah (sekarang UNSURI Surabaya). Dengan
semangat membara, mereka membahas nama dan bentuk organisasi yang telah lama
mereka idam-idamkan.
Bertepatan
dengan itu, Ketua Umum PBNU KH. Dr. Idam Kholid memberikan lampu hijau.
Bahkan memberi semangat pada mahasiswa NU agar mampu menjadi kader partai,
menjadi mahasiswa yang mempunyai prinsip: Ilmu untuk diamalkan dan bukan
ilmu untuk ilmu… maka, lahirlah organisasi Mahasiswa dibawah naungan
NU pada tanggal 17 April 1960 Masehi atau 21 Syawal 1379 Hijriyah.
Kemudian organisasi itu diberi nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII).
Di
samping latar belakang lahirnya PMII seperti di atas, sebenarnya pada waktu itu
anak-anak NU yang ada di organisasi lain seperti HMI merasa tidak puas
atas pola gerak HMI. Menurut mereka (Mahasiswa
NU), bahwa HMI sudah berpihak pada salah satu golongan yang kemudian
ditengarai bahwa HMI adalah underbownya partai Masyumi, sehinggga wajar kalau
mahasiswa NU di HMI juga mencari alternatif lain. Hal ini juga diungkap oleh Deliar Nur (1987), beliau mengatakan
bahwa PMII merupakan cermin ketidakpuasan sebagian mahasiswa muslim terhadap
HMI, yang dianggap bahwa HMI dekat dengan golongan modernis (Muhammadiyah) dan dalam urusan politik
lebih dekat dengan Masyumi.
Dari paparan di atas bisa ditarik
kesimpulan atau pokok-pokok pikiran dari makna dari kelahiran PMII:
- Bahwa lahirnya PMII karena ketidakmampuan Departemen
Perguruan Tinggi IPNU dalam menampung aspirasi anak muda NU yang ada di
Perguruan Tinggi.
- PMII lahir dari rekayasa politik sekelompok mahasiswa
muslim (NU) untuk mengembangkan kelembagaan politik menjadi underbow NU
dalam upaya merealisasikan aspirasi politiknya.
- PMII lahir dalam rangka mengembangkan paham Ahlussunah
Waljama’ah dikalangan mahasiswa.
- Bahwa PMII lahir dari ketidakpuasan mahasiswa NU yang
saat itu ada di HMI, karena HMI tidak lagi merepresentasikan paham
mereka (Mahasiwsa NU) dan
HMI ditengarai lebih dekat dengan partai MASYUMI.
- Bahwa lahirnya PMII merupakan wujud kebebasan berpikir,
artinya sebagai mahasiswa harus menyadari sikap menentukan kehendak
sendiri atas dasar pilihan sikap dan idealisme yang dianutnya.
Dengan
demikian ide dasar pendirian PMII adalah murni dari anak-anak muda NU sendiri.
Bahwa kemudian harus bernaung dibawah panji NU itu bukan berarti sekedar
pertimbangan praktis semata, misalnya karena kondisi pada saat itu yang memang
nyaris menciptakan iklim dependensi sebagai suatu kemutlakan. Tapi lebih dari
itu, keterikatan PMII kepada NU memang sudah terbentuk dan sengaja dibangun
atas dasar kesamaan nilai, kultur, akidah, cita-cita dan bahkan pola berpikir,
bertindak dan berperilaku.
Tetapi
kemudian PMII harus mengakui dengan tetap berpegang teguh pada sikap
dependensi, sehingga menumbuhkan berbagai pertimbangan menguntungkan atau tidak
dalam bersikap dan berperilaku untuk sebuah kebebasan menentukan nasib sendiri.
Oleh karena itu haruslah diakau,
bahwa peristiwa besar dalam sejarah PMII adalah ketika dipergunakannya istilah
Independen dalam deklarasi Murnajati pada tanggal 14 Juli 1972 di Malang dalam
Musyawarah Besar (MUBES) III PMII, seolah telah terjadi pembelahan diri anak ragil NU dari induknya.
Sejauh
pertimbangan-pertimbangan yang terekam dalam dokumen historis, sikap
independensi itu tidak lebih dari dari proses pendewasaan. PMII sebagai
generasi muda bangsa yang ingin lebih eksis dimata masyarakat bangsanya. Ini
terlihat jelas dari tiga butir pertimbangan yang melatar belakangi sikap
independensi PMII tersebut.
Pertama, PMII
melihat pembangunan dan pembaharuan mutlak memerlukan insan-insan Indonesia
yang memiliki pribadi luhur, taqwa kepada Allah SWT, berilmu dan cakap serta
tanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya. Kedua, PMII selaku generasi muda indonesia sadar akan perannya
untuk ikut serta bertanggungjawab, bagi keberhasilan pembangunan yang dapat
dinikmati secar merata oleh seluruh rakyat. Ketiga,
bahwa perjuangan PMII yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan
idealisme sesuai deklarasi tawangmangu, menuntut berkembangnya sifat-sifat
kreatif, keterbukaan dalam sikap, dan pembinaan rasa tanggungjawab.
Berdasarkan pertimbangan itulah,
PMII menyatakan diri sebagai organisasi Independen, tidak terikat dalam sikap
maupun tindakan kepada siapapun, dan hanya komitmen terhadap perjuangan
organisasi dan cita-cita perjuangan nasional yang berlandaskan Pancasila. (Naskah Deklarasi Murnajati).
Namun hal itu tidak menghilangkan
PMII dari NU, pembenahan dan refleksi terus dilakukan oleh PMII yaitu pada “Apel Pondok Gede” dan “Deklarasi Interdependensi PMII-NU” pada
29 Oktober 1991. Hal itu di maksudkan sebagai klarifikasi PMII bahwasanya
secara kultural tetap nyambung dengan NU.
Identitas dan
Citra Diri PMII
Apa
itu identitas PMII, seperti empat penggalan kata “PMII”, yaitu suatu wadah atau perkumpulan organisasi
kemahasiswaan dengan label ‘Pergerakan’ yang Islam dan Indonesia yang mempunyai
tujuan:
“Terbentuknya
pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Berbudi luhur,
berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.” (BAB IV, Pasal IV AD PMII).
Menuju capaian ideal sebagai makhluk Tuhan, sebagai ummat yang sempurna, yang
kamil, yaitu makhluk Ulul Albab (BAB IV, Pasal 5 AD PMII).
Kata
“Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia” jika diudar lebih lanjut adalah sebagai
berikut:
- Pergerakan
bisa
di definisikan sebagai ‘lalu lintas gerak’, gerak dalam pengertian fisika
adalah perpindahan suatu titik ordinat A ke ordinat B. jadi ‘pergerakan’
melampaui ‘gerak’ itu sendiri, karena pergerakan berarti dinamis, gerak
yang terus menerus ilustrasinya demikian, misalnya seorang Bryan Robson
menendang bola mengarahkan ke Eric Cantona, itu berarti suatu gerakan bola
dari Robson ke Eric (hanya itu saja). Bandingkan, Robson menendang bola ke
Eric, lalu mengover ke Ronaldo, dengan trik cantik Ronaldo menendang bola
persis dipojok atas gawang dan itu yang dinamakan pergerakan bola. Kesimpulannya
adalah pergerakan meniscayakan dinamisasi, tidak boleh stagnan (berhenti
beraktivitas) dan beku, beku dalam pengertian kaku, tidak kreatif dan
inovatif, yaitu kepekaan dan kekritisan, dan kecerdesan.
Kenapa ‘pergerakan’ bukan ‘perhimpunan’?, jelas sekali bahwa kalau
perhimpunan kapan bergerakanya? Artinya bahwa ‘pergerakan’ bukan hanya menerangkan suatu perkumpulan/organisasi
tetapi juga menerangkan sifat, nilai dan karakter organisasi itu sendiri.
- Mahasiswa
adalah
sebutan orang-orang yang sedang melakukan studi di perguruan tinggi yang
mempunyai identitas diri; sebagai
insan religius, sebagai insan
akademik, sebagai insan sosial
dan sebagai insan yang mandiri.
Dengan predikat sebutan mahasiswa sebagai “wakil rakyat”, yaitu; pelopor
perubahan, komunitas penekan terhadap kebijakan penguasa, dll.
- Islam
adalah
agama yang dianutnya, yang dijadikan basis landasan sekaligus identitas
bahwa rujukan PMII adalah kitab suci agama Islam, sunnah rasul dan para
sahabat, yang itu terangkum dalam pemahaman jumhur, yaitu ahlusunnah waljamaah. Jadi Islam ala PMII adalah Islam yang
mendasarkan diri pada aswaja dengan varian didalamnya sebagai landasan
teologis (keyakinan keberagamaan).
- Indonesia
kenapa
founding father PMII memasukkan
kata “Indonesia” pada organisasi ini, tidak lain untuk menunjukkan
sekaligus mengidealkan PMII sebagai organisasi kebangsaan, organisasi
mahasiswa yang berpandangan nasionalis, punya tanggung jawab kebangsaan,
kerakyatan dan kemanusiaan. Juga tidak tepat PMII hanya dipahami sebagai
organisasi keagamaan semata. Jadi keislaman dan keindonesiaan sebagai
landasan PMII yang seimbang. “Jika mencari organisasi mahasiswa yang
nasionalis dan agamis, maka pilihan itu adalah PMII”.
Jadi PMII adalah
pergerakan mahasiswa yang Islam dan yang Indonesia, yang mendasarkan pada agama
Islam dan sejarah, cita-cita kemerdekaan dan laju perjalanan bangsa ini
kedepan.
Islam-Indonesia
(dua kata digabung) juga bisa dimaknai Islam yang bertransformasi ke ranah
Nusantara/Indonesia, Islam Indonesia adalah islam lokal bukan islam Arab secara
persis, tapi nilai universalitas Islam atau prinsip nilai Islam yang
“bersinkretisme” dengan budaya nusantara menjadi Islam Indonesia. Ini adalah
karakter Islam PMII yang sejalan dengan ajaran aswaja.
Kesimpulannya; identitas PMII adalah keislaman dan
keindonesiaan (kebangsaan). Kata kuncinya; Pergerakan, Mahasiswa, Islam dan
Indonesia.
Ideologi PMII
Pada paruh kedua abad kemarin dan
gaungnya hingga hari ini (digarahi oleh kelompok intelektual “kiri” Eropa yang
mendasari new-left movement yang
terkenal itu, sebut saja; kelompok madhab franfurt, TW Adorno, jurgen Habermas
bahwa perdebatan mengenai ideologi masih mempunyai ruang, terlebih mengenai
ideologi menuai kritik dan evaluasi terhadapnya. Kritik itu seputar perannya
sebagai ‘wadah’ atau ‘tempat’ kebenaran
atau bahkan sebagai ‘sumber’ kebenaran itu sendiri, disatu sisi dinilai sebagai
pencarah ummat tetapi disisi lain sebagai alat hegemoni umat.
Ideologi memang dianggap sebagai
landasan kebenaran yang paling fundamental (mendasar) sehingga tidak terlalu
salah bila disebut sumber kebenaran sebagai ruh dari operasi praksis kehidupan.
Tetapi dalam prosesnya, kemuliaan ideologi ada ketidakbebasan dari kepentingan
prinsip pengadaan; sesuatu materi diciptakan/diadakan pasti punya maksud dan tujuan,
ironisnya kepentingan yang pada awalnya untuk kebaikan sesama tanpa ada
pengistimewaan/pengklasifikasian kemudian berubah menjadi milik segolongan
tertentu. Akhirnya membuahkan hasilnya ideologi menjadi tameng kebenaran umat
tertentu, digunakan untuk tujuan-tujuan yang tidak selayaknya, tujuan hanya
kekuasaan misalnya. Maka dalam konteks ini ideologi mendapat serangan
habis-habisan.
Tanpa bermaksud memutus perdebatan
sosiologi pengetahuan seperti diatas, ideologi akan tetap memiliki ummat,
ideologi masih memiliki pengikut tatkala ia masih rasional dan kontekstual
tidak pilih kasih (diskriminatif) dan tidak menindas, sehingga layak dijadikan
sumber kebenaran, ketika peran itu masih melekat niscaya ideologi masih
diperlukan.
Dibawa
dalam ranah PMII, ideologi PMII digali dari sumbernya yang pada sebelunya
disebut sebagai identitas PMII yaitu keislaman dan keindonesiaan. Sublimasi
antara dua unsur tersebut menjadi rumusan materi yang terkandung dalam Nialai
Dasar Pergerakan (NDP) PMII, yang semacam qonun
azasi di PMII atau itu tadi yang disebut ideologi. NDP yang berisi rumusan
ketauhidan, pengyakinan kita terhadap Tuhan. Bentuk pengyakinan itu terletak
dari pola relasi/hubungan antar komponen di alam ini, pola hubungan antara
mikrokosmos dan makrokosmos, anatara Tuhan dan manusia, antara manusia dan
sekelilingnya.
Jadi
kasimpulan yang bisa diambil adalah:
1)
Ideologi
masih relevan dijadikan sebagai rujukan kebenaran.
2)
Ideologi
PMII terangkum (terwujud) dalam rumusan Nilai Daasar Pergerakan (NDP) yang
merupakan sublimasi keislaman dan keindonesiaan.
Landasan
Teologis dan Filosofis PMII
Landasan
teologis dan filosofis PMII sebenarnya tergali dalam rumusan NDP dan turunannya
kebawah, NDP sebagai landasan berpijak, berfikir dan motivasi dalam
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan yang meliputi:
·
Tauhid
·
Hablun
min Allah
·
Hablun
min al An-nas
·
Hablun
min al-Alam
Sedangkan
Aswaja sebagai Manhaj Al-fikr merupakan basis ideologi, sumber inspirasi dan
langkah-langkah yang harus dilakukan Aswaja sendiri berisi prinsip-prinsip:
- Toleran (tasamuh)
- Moderat (tawassuth)
- Seimbang (tawaazun)
- Tegak lurus
dalam menegakkan keadilan (ta’addul)
Dua landasan NDP dan Aswaja diatas,
menjelaskan bahwasanya semua langkah/pijakan yang menuntun PMII dalam
menjalankan segala aktifitasnya dan tidak luput dari garis besar nilai-nilai
tersebut. Dalam landasan teologis manusia memiliki tanggung jawab jati diri
sebagai manusia terhadap Tuhannya, yaitu “Abdullah dan kholifah fil ardi”, artinya tanggung
jawab sebagai manusia mempunyai Abdullah (hamba Allah) adalah manusia mempunyai
kewajiban kepada Allah untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Serta mengamalkan segala bentuk kebajikan dalam rangka mewujudkan
keislaman, keimanan dan keihsanan yang hakiki.
Dalam
nilai dasar pergerakan PMII, hal tersebut dijabarkan menjadi dua hal yakni Tauhid dan hablun min Allah.Tauhid menjadi sebuah keyakinan yang teguh dan
murni yang ada dalam hati setiap muslim bahwa Allah-lah yang Maha Pencipta,
Maha Pemelihara, Maha Mematikan kehidupan semesta dan Maha segalanya. Ia Esa,
dan tidak terbilang dan tidak bersekutu. Hablun
min Allah adalah sebuah bentuk interaksi kita secara ritual dan kemantapan
hati kepada sang Kholik. Ritual ibadah kita kepada Allah kalau tanpa sebuah
pemahaman ke-Tauhidan kepada Allah maka hal tersebut akan menjadi
ketidaksempurnaan dalam beribadah.
Sedangkan yang kedua manusia mempunyai
tanggung jawab sebagai “kholifah fil
ardli” (manusia menjadi peminpin di muka bumi) dalam kehidupan sosial, kita
mempunyai tanggung jawab bersama untuk menjaga segala bentuk ketentraman dan
kenyaman di alam semesta ini. Dengan begitu manusia ikut menjalankan tanggung
jawab dari sang kholik untuk memposisikan sebagai pemimpin diantara
makhluk-makhluk lain yang diciptakan Allah SWT. selayaknya pemimpin harus
memberikan tauladan, panutan atau contoh yang baik dan benar kepada rakyatnya,
anggotanya, atau yang dipimpinnya. Dan kriteria pemimpin itu ada dalam diri
kita masing-masing sebagai warga pergerakan.
Dalam
nilai dasar pergerakan PMII hal ini dijabarkan pula menjadi dua yakni hablun min an-nas dan hablun min alam. Manusia dengan
keistimewaannya yakni dengan memiliki akal, dengan hal ini manusia tidak bisa
disamakan dengan makhluk lain utamanya dalam pemahaman suatu hal. Sehingga
dapat memberikan penafsiran yang berbeda pada setiap individunya, dengan adanya
prinsip pada NDP PMII dengan hablun min
an-nas dapat mendorong sesama manusia untuk berinteraksi dalam
aktivitas-aktivitas positif dalam menjunjung kesatuan, keharmunisan dan
ketentraman. Dan hablun min al-alam,
selain tuntutan berinteraksi dengan manusia, maka juga harus bisa berinteraksi,
menjaga dan melestarikan hubungan dengan makhuk lainnya (tumbuhan, hewan dan
alam). Maka tepat dalam hal ini masuk menjadi butir-butir NDP PMII.
Landasan
Filosofi yang menjadi sifat dan sikap PMII dalam menangani suatu fenomena, “Aswaja” menjadi hal yang sangat elegan
untuk diterapkan dalam kemajemukan ciptaan sang khalik. Maraknya perseteruan
antara satu dengan yang lain, baik perorangan maupun kelompok menyebabkan terjadinya
kesenjangan sosial. Sebuah pemikiran dan sikap menghargai perbedaan serta tidak
ada paksaan dalam berkehendak, nilai memberikan kita aturan bagaimana kita
hidup sehari-hari khususnya dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Nilai tasamuh (toleran) inilah yang termaktub
dalam nilai Aswaja.
Tawasuth
(moderat)
yang tidak berpihak tetapi harus memiiki prinsip pendirian yang kuat dilandasi
oleh terapan sikap yang dilakukan oleh Abu Hasan al-Asyari dan Abu Mansyur
al-Maturidi dengan mengkomparasikan pemikiran rasionalistik Mu’tazilah dengan
Jabariyah yang cenderung fatalistik.
Tawazun
(seimbang)
merupakan pola pikir yang memiliki keseimbangan, relasi antara individu,
struktur sosial, Negara dan Rakyat. Masing-masing harus memfungsikan sesuai
dengan tugas dirinya sebagai bagian dari struktur sosial. Dalam ranah social,
hal yang paling ditekankan adalah egalitarianisme (persamaan derajat) tidak ada
perbedaan antara kelompok manusia. Yang membedakan hanya tingkat ketakwaannya.
Tidak saling mengekploitasi, mendominasi, dan bahkan menindas. Kesenjangan
relasi manusia antara kelas atas dan bawah, antara perempuan dan laki-laki.
Ta’adul
(tegak
lurus dalam menegakkan keadilan) ta’adul disini diartikan sebagai sebuah
tindakan dan sikap yang dibingkai oleh nilai-nlai keadilan atas dasar akumulasi
dari sikap tawasut, tasamuh, dan tawazun. Ta’adul
juga mengandaikan usaha bersama seluruh komponen masyarakat demi
terwujudnya struktur yang harmonis antar seluruh ummat manusia. Melalui
integrasi dalam berfikir, bersikap, dan bertindak diranah lokus kehidupan baik
secara ekonomi, politik, budaya dan antar kelompok beragama akan membentuk
masyarakat madani yang sesuai dengan cita-cita global ummat islam.
PMII sebagai kontruksi besar juga
menyadari bahwa ia tidaklah hadir dalam ruang hampa atau kosong. Namun, ia
hadir dalam kemajemukan culture,
sosiologis, dan bahkan antropologisnya.
Tanpa
disadari nilai-nilai PMII (NDP dan Aswaja) menjadi faktor yang dibutuhkan
ditengah-tengah kehidupan di Indonesia. Penempatan nilai-nilai tersebut harus
teraktualisasi dalam upaya membangun aksi sosial yang peka terhadap lingkungan
sekitar, serta bertanggung jawab setiap amanahnya.
Indonesia dalam kontek ini sebagai ruang
implementasi dua pondasi tersebut, harus mampu menjadi brand inklusifitas sebuah
organisasi kemahasiswaan, utamanya dalam melihat dan mengakomodir kemajemukan
bangsa ini. Keragaman suku, agama, ras dan budaya menjadi hal yang tidak bisa
dihindari oleh setiap elemen bangsa ini, maraknya fenomena kerusuhan antar suku
satu dengan yang lainnya dan lain-lain menjadi suatu kendala besar akan
kemajuan bangsa ini, sehingga perlu sebuah pedoman nilai yang mampu
mengkonstruk pola pikir manusia Indonesia agar tidak memiliki sifat eksklusif
terhadap sesama. Sebuah kestuan dan persatuan salah satunya dalam konteks
menjaga keutuhan NKRI adalah harapan dan cita-cita besar yang harus
diperjuangkan kader PMII dan di transformasikan kepada rakyat Indonesia. Dengan
sublimasi ini secara tidak langsung citra kader PMII dalam kaitannya mewujudkan
tujuannya sudah tertuang dalam gerakan sosial yang telah dibangunnya, yakni
sebagai agent of change, agent social and
agent of control.
Akhirnya,
antara NDP dan Aswaja sebagai dasar berpijak, berfikir dan sumber motivasi
terjadi proses yang sistematis dan terintegrasi, maka akan muncul citra diri
kader atau citra diri institusi yang ulul
albab. Citra diri tidak hanya menampilkan diri secara personal sebagai
manusia beriman yang normatif dan verbalis, melainkan juga sebagai believer
kreatif dan membumi-konstektual. Citra diri personal ini secara langsung akan
mewujudkan PMII secara kelembagaan sebagai entitas besar yang juga ulul albab.
Konsep Dasar
Kaderisasi
Seperti
yang dijelaskan dalam buku multi level
strategy (MLS) PMII, bahwanya ada tiga konsep dasar kaderisasi dalam
melewati masa-masa berproses didalam tubuh PMII, sehingga kita sebagai warga
pergerakan tidak perlu mengkhawatirkan kegelisahan menjadi mahasiswa dan kader
PMII.
Tiga
konsep dasar kaderisasi ini adalah:
1.
Keimanan;
Keimanan disini
menjadi salah satu dasar kaderisasi dikarenakan kader PMII harus berani dan
tidak mau tunduk dihadapan segala bentuk kemapanan serta ancaman duniawi.
2.
Pengetahuan;
Pengetahuan
ini menjadi pembekalan kader atas keadaan zaman dimana dia harus bergerak.
3.
Keterampilan;
Keterampilan
merupakan bekal bagi kader PMII agar mampu survive
sekaligus bergerak di zamannya.
Lambang PMII
Pencipta
lambang PMII : H. Said Budairi
Makna lambang
PMII
1.
Bentuk:
a.
Perisai
berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa islam terhadap berbagai tantangan dan
pengaruh dari luar.
b.
Bintang
adalah perlambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar.
c.
5
(lima) bintang sebelah atas melambangkan Rasulullah SAW dengan empat sahabat
terkemuka (khulafaurrasyidin).
d.
4
(empat) bintang sebelah bawah menggambarkan empat mazhab yang berhaluan
Ahlussunah Wal Jama’ah.
e.
9
(sembilan) bintang secara keseluruhan dapat berarti:
1)
Rasulullah
dengan empat orang sahabatnya serta empat orang imam mazhab itu laksana bintang
yang selalu bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan yang tinggi dan penerang
umat manusia.
2)
Sembilan
bintang juga menggambarkan sembilan orang pemuka penyebar agama islam di
Indonesia yang disebut dengan Wali Songo.
2.
Warna:
a.
Biru,
sebagaimana tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus
dimiliki dan harus digali oleh warga pergerakan, biru juga menggambarkan lautan
Indonesia dan merupakan kesatuan wawasan nusantara.
b.
Biru
muda, sebagaimana dasar perisai sebelah bawah berarti ketinggian ilmu
pengetahuan, budi pekerti dan taqwa.
c.
Kuning,
sebagaimana perisai sebelah atas berarti identitas mahasiswa yang menjadi sifat
dasar pergerakan, lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta
penuh harapan menyongsong masa depan.
3.
Penggunaan:
a.
Lambang
PMII digunakan pada papan nama, bendera, kop surat, stempel, badge, jaket,
kartu tanda anggota, dan benda atau tempat lain yang tujuannya untuk
menunjukkan identitas organisasi.
b.
Ukuran
lambang PMII disesuaikan dengan wadah penggunaanya.
Citra
Diri Mahluk Ulul Albab
Kader PMII dapat
mewujudkan trilogi pergerakan;
·
Tri
Motto: Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh.
·
Tri
Khidmat: Taqwa, Intelektual dan Profesional.
·
Tri
Komitmen: Kebenaran, Kejujuran dan Keadilan.
SENANDUNG PERGERAKAN
Indonesia
Raya
Pencipta lagu: W.R. Supratman
Lirik
Indonesia Raya
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku Disanalah aku berdiri Jadi pandu ibuku
Indonesia
kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku Marilah kita berseru Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku Bangsaku rakyatku semuanya Bangunlah jiwanya Bangunlah badannya Untuk Indonesia Raya
Indonesia
Raya
Merdeka Merdeka Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia
Raya
Merdeka Merdeka Hiduplah Indonesia Raya |
Mars PMII
Pencipta Lagu : Sahabat Shaimoery WS.
Syair : Sahabat
H. Mahbub Djunaedi
Penggunaan : Mars PMII dilantunkan
pada pembukaan acara resmi organisasi, baik bersifat intern maupun ekstern
atau umum. Mars PMII dilantunkan secara bersama-sama dengan berdiri tegak,
khidmat dan penuh semangat.
Lirik Mars PMII
Inilah kami wahai Indonesia
Satu barisan dan satu cita Pembela bangsa penegak agama Tangan terkepal dan maju ke muka
Habislah sudah masa
yang suram
Selesai sudah derita yang lama Bangsa yang jaya Islam yang benar Bangun tersentak dari bumiku subur
Denganmu PMII pergerakanku
Ilmu dan bakti kuberikan Adil dan makmur kuperjuangkan Untukmu satu tanah airku Untukmu satu keyakinanku
Inilah kami wahai
Indonesia
Satu angkatan dan satu jiwa Putra bangsa bebas merdeka Tangan terkepal dan maju ke muka |
Hymne PMII
Bersemilah.. bersemilah ..
Tunas PMII
Tumbuh subur.. tumbuh subur..
Kader PMII
Masa depan
di tanganmu
Untuk
meneruskan perjuangan
Bersemilah..
bersemilah..
Kau
harapan bangsa
|
PERJUANGAN
PMII
Berjuanglah PMII berjuang
Marialah kita bina persatuan
Hancur leburkanlah angkara murka
Perkokohlah barisan kita .. SIAP ..
Sinar api
islam kini menyala
Tekat
bulat jihad kita membara .. 2x
Berjuanglah
PMII berjuang
Menegakkan
kalimat Tuhan
|
Form Kendali Kaderisasi (FORKA)
Form Kendali Kaderisasi (FORKA) adalah aturan
mengenai penyelenggaraan tertib kaderisasi dengan dikendalikan oleh buku lacak
dan monitoring kompetensi anggota yang meliputi kompetensi berdasarkan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan anggota.
Jangka waktu penyelenggaraan Form Kendali
Kaderisasi adalah 6 Bulan dihitung sejak Form Kendali Kaderisasi diberikan.
FORKA menjadi salah satu penunjang bagi anggota yang akan mengikuti jenjang
kaderisasi lanjutan, yaitu PKD.
Kolom Kompetensi kognitif atau pengetahuan anggota:
No
|
Kompetensi
|
Waktu Penyetoran
|
Penilaian
|
TTD
|
1
|
Memahami sejarah PMII Nasional dan Lokal
|
|
|
|
2
|
Mengetahui seluruh tingkatan struktur
kepengurusan PMII
|
|
|
|
3
|
Memahami dan Hafal Tujuan PMII (AD bab 4,
Pasal 4)
|
|
|
|
4
|
Memahami Filosofi Lambang PMII
|
|
|
|
5
|
Memahami Arti, Kedudukan dan Fungsi NDP
|
|
|
|
6
|
Memahami Sejarah dan Konsepsi Islam ASWAJA
|
|
|
|
7
|
Memahami sejarah gerakan mahasiswa serta
tanggung jawab sosial mahasiswa
|
|
|
|
8
|
Memahami sejarah negara bangsa Indonesia
|
|
|
|
9
|
Mengetahui antropologi kampus masing-masing
|
|
|
|
10
|
Hafal lagu Indonesia raya, Mars PMII dan
Hymne PMII
|
|
|
|
11
|
Memahami dan Hafal Pancasila
|
|
|
|
12
|
Hafal Al-Qur’an minimal 10 surah-surah
pendek
|
|
|
|
Kompetensi afektif atau sikap dan psikomotor atau ketrampilan anggota:
No
|
Kompetensi
|
Waktu Penyetoran
|
Penilaian
|
TTD
|
1
|
Pernah Mengikuti kegiatan PMII minimal lima
kali
|
|
|
|
2
|
Pernah mengikuti Minimal 2 Kegiatan
Kepanitiaan di PMII
|
|
|
|
3
|
Pernah mengunjungi minimal 2 komisariat atau
rayon lain di lingkup PMII kota malang
|
|
|
|
4
|
Pernah mengikuti kegiatan di organisasi
intra kampus
|
|
|
|
5
|
Mampu menghatamkan minimal dua buku yang
berkaitan langsung dan serumpun dengan bidang keilmuannya
|
|
|
|
6
|
Mampu melakukan penguasaan di kelasnya
masing-masing
|
|
|
|
7
|
Mampu merekrut calon anggota baru
|
|
|
|
Muatan Lokal:
Muatan lokal adalah kompetensi yang ditentukan
pengurus komisariat dan atau rayon yang bermuatan kajian fakultatif ataupun
ketrampilan khusus sesuai dengan latar belakang bidang keilmuan anggota.
No
|
Kompetensi
|
Waktu Penyetoran
|
Penilaian
|
TTD
|
1
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
6
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
8
|
|
|
|
|
9
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
STRUKTUR PENGURUS
RAYON
PERGERAKAN
MAHASISWA ISLAM INDONESIA
REVOLUSI
KOMISARIAT
COUNTRY UNITRI MALANG
MASA KHIDMAT
2015-2016
BADAN PENGURUS HARIAN :
Ketua :
Rifqan Achmad Zarnoeji
WakilKetua : Lutfi Taufani
Sekretaris : Ach Sanusi
Bendahara : Nurul
Mahmudah
Wakil Bendahara : Hanifase
BIRO-BIRO
Biro Pengkaderan
Koordinator :
Agus Salim Purnomo
Anggota : Erfandi
: Awi
: Syahreni
: St
Romlah
: Reyadi
: Maisaroh
Fitri Utami
: Hamzan
: WildanEkaPrastya
: Anjar Diana
Lestari
: Abd Mujib
|
Biro Pendidikan dan Profesi Ekonomi
Koordinator :
Ari Mahfud
Anggota :Ahmadi
: Tolak Edi
: Edi Susanto
: UswatunKhasanah
: IsmiNuriVinaMawada
: Abd Basith
: VinaHeruniaWijayanti
: Ina
Devi Wediyanti
: AgusSetiawan
: Rizkiyana
|
Biro Keagamaan
Koordinator : Salamet
Anggota : Moh. Subaidi
: Abu Rakso
: Azizin
: Ali Mansur
: Moh. Yasir
: WasiyaturRohman
: Ahmad
Hambali
: Khairul
Anam
: Ida
Laila
: Ismanto
|
BiroGerakan Sosial
Koordinator : Moh Mahfud Junaidi
: Moh. Hosiyanto
: NurHolis R.
: TikaElok Indah
Kumala Sari
: Jailani
: Sutrisno
: Tri AndiySusilo
: Ahmad Kifli
: Maya Anggraini
: Desi Pita Sari
: Saedi
|
Biro Minat dan Bakat
Koordinator : Muhammad
Ramdhani
Anggota : JokieSoprayogo
: Safari Ramdan
: Anshori
: Dirman Hadi
: Wasil Masduki
: Haryono Isman
: Rudiyanto
: SyaifulArifin
: Ike DewiAndini
: Zakaria
|
|
Biodata Anggota
dan Catatan
Biodata
anggota
Nama :
...........................................................................................................................................................................
Tetala :
...........................................................................................................................................................................
Fakultas / Jurusan :
...........................................................................................................................................................................
Alamat Asal : ...........................................................................................................................................................................
Alamat Di Malang :
...........................................................................................................................................................................
Email :
...........................................................................................................................................................................
No. HP :
...........................................................................................................................................................................
Motto : ...........................................................................................................................................................................
Cita-cita :
...........................................................................................................................................................................
Kesan :
...........................................................................................................................................................................
Pesan :
...........................................................................................................................................................................
Harapan di PMII :
...........................................................................................................................................................................
Catatan:
0 komentar:
Posting Komentar